Visi Misi

Visi

Seminari Menengah Santo Paulus Palembang adalah lembaga dan tempat pendidikan calon imam dan biarawan. Seminari bercita-cita agar seminaris berkembang secara seimbang dalam 4 S (sanctitas atau kesucian, sanitas atau kesehatan, scientia atau pengetahuan dan socialitas atau hidup bermasyarakat)  sehingga menjadi pribadi yang dewasa secara manusiawi dan kristiani dalam mengikuti panggilan Tuhan  ke arah imamat, atau hidup membiara.

Misi

Mendidik  dan  mendampingi seminaris  agar berkembang secara seimbang dalam sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), scientia (pengetahuan) dan socialitas, menuju kedewasaan pribadi secara manusiawi dan kristiani, dalam menanggapi panggilan Tuhan dan hidup sesuai dengan  panggilannya itu.
 
Mendidik dan melatih seminaris agar berkembang menjadi dewasa dalam keutamaan-keutamaan kristiani, mengolah kehidupan afektif dan seksual, mengembangkan sosialitas dan keadilan, berdialog dengan umat beriman lain dan berpengetahuan sesuai dengan usianya.
 
Membantu seminari agar semakin peka akan kebutuhan Gereja dalam konteks Indonesia, secara khusus Gereja Setempat dan mengarahkan seminaris-terutama- untuk menjadi imam diosesan Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Tanjung Karang dan Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ).
 
Menjadikan seminari sebagai tempat persemaian panggilan yang kondusif dan  mandiri.

Tujuan

Seminari Menengah Santo Paulus bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang dewasa secara manusiawi dan kristiani sesuai dengan tingkatannya, serta berkembang  seimbang dalam empat pilar utama (4S): sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), scientia (pengetahuan)  dan Socialitas.

Profil  seminaris yang  diharapkan dari lulusan seminari  adalah sebagai berikut:

1. Sanctitas
  • Seminaris dewasa dalam hidup rohani, maksudnya:
    Menjadikan Kristus sumber dan pedoman hidup.
    Memiliki iman yang terintegritasi dalam hidup.
    Menghayati sakramen-sakramen dengan benar.
    Menghargai dan menghidupi tradisi hidup rohani, doa, bimbingan pribadi, lectio divina, devosi dan pemeriksaan batin.
    Meneladan Bunda Maria, dan semangat orang kudus lainnya, dalam mengikuti panggilan Tuhan.
  • Seminaris dewasa dalam hidup panggilan, maksudnya:
    Memiliki motivasi murni ke arah hidup imamat dan atau hidup membiara.
    Mampu mengambil keputusan untuk panggilannya.
    Mulai menghidupi tiga nasehat injili: ketaatan, kemurnian, dan kemiskinan.
  • Seminaris dewasa dalam hidup menggereja dan  bermasyarakat, maksudnya:
    Memiliki semangat melayani seperti diharapkan Yesus.
    Memiliki perhatian dan keprihatinan kepada kehidupan menggereja.
    Memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah kemanusiaan.
2. Sanitas
  • Seminaris sehat secara fisik.
  • Seminaris dewasa secara manusiawi atau sehat psikis maksudnya :
    Mempunyai keutamaan manusiawi (jujur, tekun, disiplin, teguh dan bersemangat juang).
    Mampu mengolah afeksi dan seksualitas dengan baik
    Mampu mengolah rasa dan hidup.
    Menerima diri dan mempunyai kebebasan batin.
    Mempunyai kemampuan berelasi dengan baik (hidup bersama).
    Mempunyai integritas pribadi, sosial, religius dan moral.
3. Scientia
  • Seminaris mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis.
  • Seminaris mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan untuk memasuki jenjang lebih tinggi.
  • Seminaris mempunyai kebiasaan membaca dan belajar.
  • Seminaris menguasai bahasa asing khususnya Bahasa Inggris.
  • Seminaris mempunyai kemampuan menyintesiskan berbagai hal.
  • Seminaris mampu mengembangkan kemampuan untuk belajar secara mandiri.
  • Seminaris mampu menginternalisasikan dan mengimplementasikan pengetahuannya dalam hidup sehari-hari.
  • Seminaris mampu berargumen, berdebat dan berlogika dengan baik.
  • Seminaris mampu mengikuti dan mengerti pelajaran dengan baik.
  • Seminaris mampu mengaktualisir kemampuan dan pengalamannya dalam karya seni.
4. Socialitas
  • Seminaris mampu bekerjasama dengan orang lain.
  • Seminaris mampu berelasi baik dengan sesama seminaris.
  • Seminaris mampu berelasi baik dengan masyarakat di lingkungan sekitar.
  • Seminaris mampu berhubungan baik dengan para staf formator, guru, dan karyawan yang berkarya di seminari.
  • Seminaris mampu berhubungan baik dengan orang tuanya.
  • Seminaris mampu bertanggung jawab dalam bekerja.
  • Seminaris memiliki tanggungjawab moral dalam setiap perkataan dan tindakan.
  • Seminaris memiliki kedewasaan dalam mengelola emosi dan afeksi.